Tuesday, February 5, 2019

Buku non fiksi metode sq3r

MENGANALISISI BUKU NON FIKSI
DENGAN MENGGUNAKAN METODE SQ3R

Sebelum menganalisis anda harus memilih buku terlebih dahulu, pilihlah buku yang anda suka baik dari cover ataupun isi, karena hal tersebut akan memudahkan dalam mengerjakan tugas, pahami setiap metode SQ3R.
setelah anda memahami jangan lupa tuliskan biodata biografi si penulis buku yang digunakan untuk bahan analisis, dan autobiografi anda sebagai penutup pada tugas analisis.
dibawah ini penjelasan mengenai metode SQ3R :

SQ3R merupakan suatu metode membaca yang baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Metode membaca ini dianjurkan oleh seoarang guru besar psikologi dari Ohio State Univercity, yaitu Prof.Fancis P. Rabinson tahun 1941. Metode ini merupakan salah satu metode membaca makin lama makin dikenal orang dan banyak digunakan. Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R mencakup lima langkah :
1.      Survei (penelaahan dan pendahuluan)
2.      Question (bertanya)
3.      Read (baca)
4.      Recite (mengutarakan kembali)
5.      Review (mengulang kembali)
Dalam menggunakan metode ini, sebelum membaca kita melakukan survei untuk memperoleh gambaran umum dari suatu bacaan dengan cara melihat bagian permulaan dan akhir. Misalnya, pada saat akan membaca buku, kita mensurvei terlebih dahulu judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, daftar isi, kata pengantar, rangkuman dan daftar pustaka. Setelah mensurvei buku, kita merumuskan beberapa pertanyaan untuk diri sendiri tentang bacaan tersebut yang diharapkan jawabannya ada di dalam bacaan. Dengan bekal rumusan pertanyaan-pertanyaan tadi, barulah kita membaca. Setelah membaca, unutk mengetahui penguasaan kita tentang membaca, kita lakukan kegiatan menceritakan atau mengutarakan kembali dengan kata-kata sendiri.
Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R diakhiri dengan kegiatan meninjau kembali atau menguang kembali apa yang sudah kita baca. Kita tidak perlu membaca ulang bacaan itu secara keseluruhan, tetapi kita hanya memeriksa bagian-bagian yang dianggap pening yang memberikan gambaran terlewat pada saat kita membaca sebelumnya.
Begitulah gambaran singkat kegiatan membaca yang menggunakan metode SQ3R. dengan demikian, yang dimaksud dengan SQ3R adalah suatu metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya serta untuk membantu mengingat agar lebih tahan lama melalui lima langkah kegiatan dalam SQ3R (survey, question, read, recite dan review) .
Penjelasan dari lima langkah tersebut yakni :
·         Survei (penelaahan dan pendahuluan)
Sebelum kita membaca, biasanya orang menyedikan waktu beberapa menit untuk mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka buku secara cepat dan keseluruhan yang langsung tampak. Yang dimaksud dengan anatomi buku tersebut meliputi (1) bagian pendahuluan: halaman judul ,daftar isi, halaman ucapan terimakasih, daftar tabel dan daftar gambar (jika ada daftar tabel, grafik dan gambar) atau barang kali juga halaman yang berisi persetujuan dari yang berwenang menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi. (2) bagian isi buku, yang menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku. (3) bagian akhir buku, yang berisi kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar pustaka dan indeks. Jadi, dalam membaca buku, kita tidak langsung masuk kedalam batang tubuh bacaan tersebut.
·         Question (bertanya)
Pada saat menghadapi sebuah bacaan, pernakah mengajukan pertanyaan pada diri senidiri tentang hal-hal yang berkaitan tentang dengan bacaan atau buku tersebut ? apabila pembaca melakukan hal demikian, maka pembaca telah merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan pertanyaan-pertanyaan itu dapat menuntun kita memahami bacaan, dan mengarahkan pikiran pada isi bacaan yang akan dimasuki sehingga anda bersikap aktif. Pembaca tidak saja mengikuti pada apa yang dikatakan pengarang. Pembaca boleh mengkritik dan mempertanyakan apa yang dikatakan pengarang sambil nanti melihat buktinya.
·         Read (baca)
Setelah mensurvei dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan, selanjutnya mulai melakukan membaca. Tidak perlu semua kalimat demi kalimat, melainkan membaca dapat dengan dituntun pleh pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan. Perlambat cara membaca pada bagian-bagian yang penting atau yang dianggap sulit dan percepat kembali pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah dimengerti. Dengan demikian, kegiatan membaca dengan hal ini relatif lebih cepat atau efektif, pada langkah ini konsentrasi diri sangatlah penting.
·         Recite (mengutarakan kembali)
Setiap selesai membaca satu bagian berhentilah sejenak. Buatlah catatan-catatan penting tentang bagian yang dibaca itu dengan kata-kata sendir, lakukan itu secara terus-menerus sampai selesai membaca. Catatan itu dapat berupa kutipan, simpulan atau komentar. Catatan-catatan tersebut akan membantu untuk mengingat apa yang sudah dibaca agar tidak sampai terjadi begitu selesai membaca hilang pula apa yang telah dibaca.
·         Review (mengulang kembali)
Setelah selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau kembali hal-hal yang penting yang telah dibaca. Temukan bagian-bagian yang peting yang perlu untuk diingat kembali, terutama hal-hal yang telah diberi tanda atau garisbawah. Pengulangan kembali ini akan membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman terhadap bacaan.
Dari uraian diatas kita tahu bahwa kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R akan lebih efektif dan efisien serta memungkinkan member hasil maksimal.

contoh ;

PENANGANAN PESERTA DIDIK
DALAM DUNIA PENDIDIKAN

 
Judul Buku                       : Permasalahan Belajar Dan Inovasi Pembelajaran
Penulis                              : Dr. Mubiar Agustin, M.Pd
Penerbit                            : Refika Aditama
Tahun Terbit                     : Cetakan kesatu, November  2011
Kota Terbit                       : Bandung
Halaman                           : 109
Editor                               : Nurul Falah Atif
Desain Sampul                 : Hendra Kurniawan
Setting & Lay Out           : Nurul Falah Atif
Kategori                           : Pendidikan Keguruan
Cover                               : Soft Cover
Bahasa                              : Indonesia


Dalam buku ini dijelaskan ragam permasalahan belajar yang berkaitan dengan wilayah koqnitif, motivasional, sosial, dan yang berkebutuhan khusus dari kebiasaan membolos, kejenuhan belajar, hingga permasalahan belajar secara spesifik seperti diskalkulia, disleksia, dan disgrafia. Semua permasalahan dilengkapi dengan ilustrasi kasus beserta  solusi penanganannya sehingga  lebih mudah dipahami oleh pembaca yang berprofesi sebagai guru, konselor, psikolog, dan tenaga pendidkan. Juga diberikan gambaran tentang motivasi pembelajaran, ragam model, pembelajaran yang akomodatif untuk mengoptimalkan potensi peserta didik, baik berdasarkan kajian otak maupun berbasis  kecerdasan jamak.

BAB 1
Permasalahan Belajar Peserta Didik
Perilaku menyontek dikalangan siswa bersetatus remaja hasil penelitian longitudinal anderman(2006) menunjukan bahwa menyontek sering dilakukan siswa sekolah menengah pertama (SMP) dikarenakan adanya perubahan keadaan lingkungan  belajara yang dialami siswa, yaitu siswa megalami 3 masa transisi  dari sekolah  dasar ke  sekolah menengah, lalu perubahan struktur kelas yang kecil menjadi struktur kelas yang lebih besar, sehingga lingkungan sekolah menjadi lebih kompetif.
Dalam kamus modern bahasa Indonesia istilah menyontek memiliki pengertian yang hampir sama yaitu” Tiru hasil pekerjaan orang lain”. 

BAB 2
Mengapa peserta didik kita mudah mengalami kejenuhan belajar ?
Kejenuhan adalah rasa yang sering timbul pada seseorang terutama pada siswa, banyak faktor yang membuat siswa mengalami kejenuhan belajar, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu berupa kelihatan yang terjadi pada diri individu itu sendiri,sedangkan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan diluar individu seperti lingkungan, guru,sarana dan fasilitas.Secara harfiah arti jenuh ialah dapat atau penuh  sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun . Namun penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan.

BAB 3
Pentingnya motivasi berprerstasi dalam belajar
Semua orang memiliki motivasi berprestasi yang berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan dan kebutuhan akan prestasi tersebut.Motivasi berprestasi sangat dibutuhkan dalam proses belajar. Motivasi berperan penting dalam setiap pencapaian tujuan seseorang, LUTAN(1988) mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki kadar motivasi berprestasi yang tinggi memperlihatkan kecendrungan pendekatan yang positif dalam menjalankan tugasnya dan selalu berorientasi pada prestasi.

BAB 4
“Uderachiever”, Anak dengan bakat luar biasa yang tertutupi
Rimm (dalam Del Siegle & McCoah,2008) Menyatakan bahwa ketika siswa tidak menampilkan potensinya, maka ia termasuk Underachiever. Secara operasional, underachievement dapat didefinisikan sebagai kesenjangan antara skor tes inteligensi dan hasil yang diperoleh siswa di sekolah (Peters & VanBoxtel,1999)

BAB 5
Bagaimana memperlakukan anak slow learner
Slow learner atau anak lambat belajar yaitu mereka yang memiliki prestasi belajar rendah (di bawah rata-rata anak pada umumnya) pada salah satu atau seluruh area akademik, tapi mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental.Penanganan bagi anak slow learner diantaranya ;
Pahami bahwa anak membutuhkan lebih banyak pengulangan, melakukan kegiatan privat, memberikan tugas yang lebih sederhana, jangan biarkan anak slow learner bersaing dengan anak yang memiliki kemampuan tinggi,biarkan anak untuk bereksperimen.

BAB 6
Diskalkulia : sesulit itukah belajar matematika
Diskalkulia adalah permasalahan khusus dalam berhitung yang memiliki konotasi medis, di mana berkaitan dengan gangguan sistem  syaraf dan tidak terkait dengan kemampuan untuk memahami konsep  matematika atau untuk  memahami abstrak yang di butuhkan  matematika.
Karakteristik anak diskalkulia yaitu, mengalami gangguan dalam hubungan keruangan, mengalami gangguan dalam persepsi visual, mengalami gangguan asosiasi visual-motor, mengalami gangguan perhatian ( perseverasi),  mengalami kesulitan mengenal dan memahami  symbol.

BAB 7
Disleksia bukan merupakan suatu kebodohan
Disleksia berasal dari kata yunani yaitu”dys” yang berarti kesulitan dan “leksia” yang berarti kata-kata. Dengan kata lain, disleksia berarti kesulitan dalam mengolah kata-kata,disleksia itu bukan berarti bodoh karena pada dasarnya anak-anak penyandang disleksia memiliki tingkat kecerdasan normal bahkan di atas rata-rata.

BAB 8
Disgrafia : Tak bisa menulis, bukan berarti tak bisa belajar.
Disgrafia dapat dikatakan sebagai akibat dari ketidakmampuan belajar yang bersumber dari kesulitan dalam menuangkan pikiran secara tertulis.Disgrafia terjadi karena siswa memiliki masalah dengan persepsi terhadap huruf atau angka serta menulis kata.Ketika seorang siswa tidak bisa menulis dengan baik bukan berarti pula ia mengalami disgrafia karena belum adanya kriteria umum yang diukur.Disgrafia pula menunjukan adanya ketidak mampuan  mengingat cara membuat huruf atau simbl-simbol matematika.

BAB 9
Anak berkebutuhan khusus : Tuna grahita juga masih bisa belajar
Anak tuna grahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata. Disamping itu, mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan..Karakteristik anak tuna grahita pada umumnya, James D. Page (Suhaeri H.N : 1979 : 25) menguraikan karakteristik tuna grahita dalam hal kecerdasan, sosial, Fungsi mental lain, dorongan dan emosi, keperibadian, dan organisme.

BAB 10
The amazing of brain based learning
Menurut  Duffy dan Roehler (dalam joe, 2009) pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan  pengetahuan professional yang memiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.

BAB 11
Penerapan kecrdasan jamak dalam sistem pembelajaran
Sistem pembelajaran Bhaviouristik
Sistem ini memiliki pengetahuan objektif, pasti teap, dan itu-itu saja
Sistem pembelajaran Konstruktivistik
Dalam sistem ini pengetahauan yang di dapat selalu berubah, entah itu penyampaian dan   temporeritas pemaknaan atas pengetahuan lebih di utamakan.
Jenis kecerdasan jamak  menurut Gardner (dalam Armstrong,2002) mengungkapkan bahwa setiap orang memiliki setidaknya delapan kecerdasan dengan tingkat yang berbeda-beda.

BAB 12
Pembelajaran  berbasis teknologi informasi
Teknologi informasi berbasis pada disiplin ilmu-ilmu informatika, teknik komputer dan elektronika. Arti teknologi informasi bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan.

Kelebihan buku ini yaitu : Memberikan solusi dalam penanganan pembelajaran kepada guru, memberikan pengetahuan yang cukup menarik sehingga bagi pembaca lebih paham tentang dunia pendidikan bagi anak.

Kekurangan buku ini yaitu :  Tidak disajikan nya bentuk gambar yang manarik dan berwarna sebagai contoh masalah dunia pendidikan , Terlalu banyak pendapat- pendapat yang di pakai sehingga membuat terkecoh dalam mengartikan setiap pembahasan.

Kritik : Buku ini terlalu banyak pendapat di setiap bagian, hingga pembaca sulit untuk memahami pendapat-pendapat tersebut, tidak ada gambar disetiap bagian hingga tidak ada daya tarik untuk melanjutkan bacaan.  

Saran : Gunakan gambar dalam setiap bagian agar si pembaca lebih tertarik dalam manyelesaikan bacaannya, kurangi pendapat – pendapat menurut para ahli agar tidak membuat  pembaca terkecoh dan bingung dalam baca buku ini.


No comments:

Post a Comment